Agama Islam tidak hanya mengatur interaksi antara seorang hamba dengan Rabbnya, tetapi juga interaksi antar sesama hamba. Baik buruknya interaksi seorang hamba dengan orang lain memiliki dampak signifikan terhadap hubungannya dengan Rabb. Ini karena Allah ﷻ memerintahkan hamba-Nya untuk menjaga hubungan baik dengan sesama.
Dalam kehidupan di dunia, manusia memiliki berbagai kebutuhan, mulai dari kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan paling mendasar. Oleh karena itu, Allah ﷻ sering menyebutkan tentang makanan dalam Al-Qur’an beserta aturannya. Ada empat poin besar dalam pembahasan tentang makanan dalam Al-Qur’an:
Pertama, Allah ﷻ adalah pemberi makanan kepada manusia, karena segala sesuatu adalah milik-Nya. Apa yang dimiliki dan dinikmati oleh manusia pada dasarnya adalah milik dan pemberian dari Allah ﷻ, termasuk makanan. Benarlah firman Allah ﷻ:
قُلۡ أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيّٗا فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَهُوَ يُطۡعِمُ وَلَا يُطۡعَمُۗ قُلۡ إِنِّيٓ أُمِرۡتُ أَنۡ أَكُونَ أَوَّلَ مَنۡ أَسۡلَمَۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ [ الأنعام:14-14]
Katakanlah: “Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak memberi makan?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik”. [Al An’am:14]
Kedua, Allah ﷻ memerintahkan kita untuk berbagi makanan sebagai wujud syukur. Allah ﷻ berfirman:
لِّيَشۡهَدُواْ مَنَٰفِعَ لَهُمۡ وَيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡلُومَٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۖ فَكُلُواْ مِنۡهَا وَأَطۡعِمُواْ ٱلۡبَآئِسَ ٱلۡفَقِيرَ [ الحج: 28]
Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. [Al Hajj:28]
Ketiga, Allah ﷻ mengancam mereka yang enggan berbagi. Allah ﷻ berfirman:
مَا سَلَكَكُمۡ فِي سَقَرَ ٤٢ قَالُواْ لَمۡ نَكُ مِنَ ٱلۡمُصَلِّينَ ٤٣ وَلَمۡ نَكُ نُطۡعِمُ ٱلۡمِسۡكِينَ ٤٤ [ الـمّـدّثّـر:42-44]
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, [Al Muddaththir: 42-44]
Keempat, memberi makan sebagai tebusan atau denda. Allah ﷻ berfirman:
وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدۡيَةٞ طَعَامُ مِسۡكِينٖۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرٗا فَهُوَ خَيۡرٞ لَّهُۥۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ١٨٤ [ البقرة: 184]
…..Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. [Al Baqarah:184]
Selain sebagai tebusan atau denda dalam hal ibadah Puasa, Allah ﷻ juga menjadikan pemberian makan kepada orang miskin sebagai tebusan atau denda terhadap pelanggaran dalam kondisi ihram[1] serta pelanggaran terhadap sumpah[2].
[1] QS. Al-Maidah: 95
[2] Qs. Al-Maidah: 89
Cuplikan-cuplikan ayat tersebut membentuk rangkaian indah, di mana Allah ﷻ menjelaskan bahwa Dia yang menyediakan segala fasilitas penunjang kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia diharapkan bersyukur dengan cara berbagi. Bagi yang enggan berbagi, Allah ﷻ memberikan ancaman agar mereka menyadari kesalahan mereka.
Allah ﷻ juga memperluas peluang untuk berbagi dengan menjadikan memberi makan sebagai tebusan dalam ibadah dan pelanggaran tertentu. Beberapa pelajaran penting yang dapat diambil adalah:
- Hubungan vertikal (Hablun Minallah) tidak menafikan hubungan horizontal (Hablun Minannas).
- Interaksi yang baik dengan sesama makhluk dapat mendekatkan hubungan kita dengan Allah ﷻ.
- Apa yang kita miliki sejatinya adalah milik Allah ﷻ, dan kita hanya dititipkan untuk mengelolanya.
Dengan memahami esensi berbagi dan menegakkan interaksi yang baik, kita dapat meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Allah ﷻ dan sesama makhluk-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar