Kecurangan dalam Dunia Pendidikan Sekuler - Abduh Al Baihaqi

Tadabbur, Parenting, Pendidikan, Psikologi

Breaking

Kecurangan dalam Dunia Pendidikan Sekuler

Suatu ketika, dalam sebuah sesi perkuliahan, terjadi sesi tanya jawab ringan antara guru dan mahasiswa, sebagaimana berikut:

Guru: Hadirin sekalian, pernahkah Anda belajar di bangku SD atau sederajat?
Mahasiswa: Pernah.
Guru: Pernah belajar IPA dan IPS?
Mahasiswa: Pernah.
Guru: Apa saja yang pernah Anda pelajari dalam pelajaran IPA?
Mahasiswa: Hewan, tumbuhan, dan tata surya.
Guru: Sebutkan cara perkembangbiakan hewan!
Mahasiswa: Ovipar, vivipar, dan ovovivipar.
Guru: Sebutkan cara perkembangbiakan tumbuhan!
Mahasiswa: Vegetatif dan generatif.

Kemudian, guru melanjutkan pertanyaannya seputar tata surya, proses hujan, permukaan bumi, dan seterusnya. Sampailah pada akhirnya, dosen mengatakan, “Sebenarnya bukan itu semua yang ingin saya tanyakan. Yang ingin saya tanyakan adalah: di manakah nilai keimanan dari semua pelajaran yang kita pelajari dahulu? Pernahkah ketika itu, dijelaskan bahwa semua adalah ciptaan Allah dan Allah lah yang berkuasa atasnya?”.

Demikianlah sekelumit percakapan yang mungkin mampu membangkitkan kembali ingatan kita akan pelajaran yang kita peroleh di bangku sekolah dahulu. Di mana ketika kita belajar tentang alam, sama sekali tidak dikenalkan tentang Penciptanya. Bahkan lebih parahnya lagi, ada sebuah mata pelajaran yang di dalamnya terdapat peniadaan akan Sang Pencipta, di mana dijelaskan bahwa manusia berasal dari kera yang telah berevolusi. Saya katakan bahwa ini adalah sebuah kecurangan. Mengapa?

Tujuan Penciptaan Alam Semesta adalah Untuk Mengenalkan Allah

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلۡفُلۡكِ ٱلَّتِي تَجۡرِي فِي ٱلۡبَحۡرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٖ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٖ وَتَصۡرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلۡمُسَخَّرِ بَيۡنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَعۡقِلُونَ ١٦٤
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin serta awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS. Al-Baqarah: 164).

إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٠
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS. Ali 'Imran: 190).

Dan masih banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tujuan dari penciptaan alam semesta ini. Betapa curangnya kita jika kita membahas tentang alam semesta ini, namun pembahasan tentang Penciptanya kita abaikan.

Tidak cukup sampai di sini, bahkan ilmu pengetahuan adalah milik Allah ﷻ. Dialah yang telah mengajarkannya kepada manusia. Allah ﷻ berfirman:

عَلَّمَهُ ٱلۡبَيَانَ ٤
Dia (Allah) mengajarnya pandai berbicara (QS. Ar-Rahman: 4).

عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Dia (Allah) mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-'Alaq: 5).

Jika model pendidikannya seperti ini, maka wajar banyak orang berilmu yang lemah imannya. Ilmu yang ada di kepalanya hanya sebatas wawasan, tidak pernah ilmu tersebut memberikan nilai-nilai keimanan kepada Sang Pencipta Alam. Sesungguhnya ujung dari ilmu adalah amal, yakni amal yang mampu mendekatkan seseorang dengan Penciptanya.

Lalu Apa Yang Harus Dilakukan?

Mungkin kita terlambat menyadari serta menyesali apa yang kita pelajari dahulu, ternyata minim sekali dari nilai keimanan. Jika demikian, lalu apa yang harus kita lakukan?

  1. Maafkanlah masa yang telah berlalu, jangan salahkan guru-guru kita terdahulu, karena barangkali mereka juga tidak tahu.
  2. Jangan ulangi kesalahan yang sama untuk masa kini; ajarkan kepada anak dan murid kita akan nilai-nilai iman dalam setiap ilmu yang disampaikan.

Demikianlah, semoga kita semua mampu melakukan pembaruan atau tajdid dalam dunia pendidikan yang ada hari ini. Wallahu A’lamu Bis Showab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar